Rabu, 31 Oktober 2012

askep DHF



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Nyamuk penularnya ( Aedes Aegypti ) yang tersebar luas sehingga penularannya dapat terjadi di semua tempat. Karena banyaknya kasus demam berdarah yang terjadi negara Indonesia, maka Indonesia berencana meluncurkan hari demam berdarah se-ASEAN (ASEAN Dengue Day) yang disepakati setiap tanggal 15 Juni. Tujuan dari peluncuran ASEAN Dengue Day ini adalah meningkatkan komitmen nasional dan antarnegara anggota ASEAN pada upaya pengendalian demam berdarah, baik pencegahan, penanggulangan, hingga tata laksana sehingga angka kejadian dan kematian akibat DBD bisa ditekan.                       Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus. Menurut Rita, potensi penyebaran DBD di antara negara-negara anggota ASEAN cukup tinggi mengingat banyak wisatawan keluar masuk dari satu negara ke negara lain.
Bila pada kasus anak dengan DHF ini lambat penanganannya, maka akan dapat terjadi komplikasi seperti efusi pleura karena adanya kebocoran lambung akibat meningkatnya permeabilitas membrane, perdarahan pada lambung karena anak mengalami mual dan muntah serta kurangnya nafsu makan, terjadi pembesaran pada hati, limpa dan kelenjar getah bening karena bocornya plasma yang mengandung cairan, dan dapat terjadi syok hipovolemik karena adanya peningkatan nilai hematokrit.
Berdasarkan angka kejadian diatas dan masalah-masalah yang terjadi akibat lambatnya penanganan, maka kelompok akan memberikan asuhan keperawatan pada klien An. W dengan diagnose medis DHF sehingga penulisan dalam makalah ini mengambil judul “ Asuhan Keperawatan Pada Klien An. W dengan Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ).

1.2              Tujuan Penulisan
1.2.1    Tujuan umum
Memberikan gambaran kepada masyarakat tentang penyakit DHF serta agar dapat diaplikasikan asuhan keperawatan pada anak yang terinfeksi DHF.
1.2.2    Tujuan Khusus
Diharapkan dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan DHF, kelompok akan dapat :
a.                   Memberikan gambaran tentang pengkajian asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah tentang penyakit DHF
b.                  Memberikan gambaran tentang diagnose keperawatan yang akan muncul jika seorang anak terinveksi virus dengue.
c.                   Memberikan gambaran tentang intervensi keperawatan pada anak dengan DHF
d.                  Memberikan gambaran tentang implementasi keperawatan pada anak dengan DHF
e.                   Memberikan gambaran tentang evaluasi keperawatan pada anak dengan DHF
f.                   Memberikan gambaran tentang dokumentasi keperawatan pada anak dengan DHF setelah melakukan pengevaluasian dari semua tindakan.

1.3              Manfaat Penulisan
1.3.1        Manfaat bagi mahasiswa
Meningkatkan pengetahuan dan memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada keluarga secara langsung.
1.3.2        Manfaat bagi institusi pendidikan
Laporan makalah ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur sejauh mana upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga.

1.4              Sistematika Penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari tiga bab yang disusun dengan urutan :
Bab 1 Pendahuluan
Terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan
Bab 2 Tinjauan Pustaka
Terdiri dari Pengertian, Etiologi, Patofisiologi.
Bab 3 Tinjauan Kasus
Terdiri dari uraian asuhan keperawatan yang berisi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Konsep Dasar Dengue Hemorrhagic Fever
2.1.1   Pengertian
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Suriadi & Yuliani, 2001).                                                   Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. (Saroso, 2007)

2.1.2   Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam genus Flavivirus dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses ( Arbovirus ), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi oleh salah satu serotype menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipr lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus,

aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut. Perkembangan hidup nyamuk Aedes Aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari. Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih dari manusia untuk memotong telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak dapat menghisap darah, melainkan hidup Dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes Aegypti betina sekitar ± 2 minggu. ( Hadinegoro, 1999 )

2.1.3   Patofisiologi
Virus dengue masuk pertama kali ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk, terinfeksi oleh virus dengue untuk pertama kalinya atau mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Saat virus masuk kedalam peredaran darah melalui gigitan nyamuk, terjadi infeksi virus dengue yang akan merangsang endotoxin,selanjutnya merangsang zat pyrogen dan endogen, mengakibatkan interleukin 1, menggeser set point dari titik normal, sehingga terjadi menggigil, demam, dan terjadi hipertermia mendadak. Dari hipertermi akan meningkatkan stress, merangsang keluarnya histamine, menyebabkan peningkatan HCI, mengiritasi lambung, terjadi mual dan penurunan nafsu makan, masukan yang tidak adekuat sehingga menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi yaitu kurang dari kebutuhan tubuh.

2.1.4   Pemeriksaan penunjang
a. Darah
Pada demam dengue terdapat leucopenia pada hari ke 2 atau ke 3 pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi
b. Air Seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan


2.1.5   Tanda dan gejala
a. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari ( tanpa sebab jelas )
b. Manifestasi pendarahan, paling tidak terdapat uji tourniquet positif dan adanya salah satu bentuk pendarahan yang lain, misalnya : ptekiae, ekimosis, epistaksis, pendarahan gusi, melena atau hematemesis
c. pembesaran hati
d. mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, dan konstipasi
e. Nyeri ulu hati karena adanya pendarahan di lambung, nyeri otot, nyeri  tulang sendi.
f. Syok yang ditandai nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang menurun ( 20 mmHg atau kurang ), tekanan darah yang menurun ( tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang ), dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis di sekitar mulut.

2.1.6   Penatalaksanaan
Bila anak diduga atau sudah didiagnosa medis DHF, maka hal yang harus dilakukan adalah :
a.       Tirah baring
b.      Beri makanan yang lunak. Apabila belum ada nafsu makan dianjurkan untuk minum banyak 1, - 2 liter dalam 24 jam ( susu, air, dengan gula atau sirup ). Atau air tawar yang ditambahkan dengan garam saja.
c.       Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Hiperpireksia dapat diberikan kompres es di kepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminoferen, eukinin, atau dipiron. Hindari pemberian asetol karena bahaya pendarahan.
d.      Pemberian cairan intravena pada anak tanpa renjatan dilakukan bila anak terus menerus muntah, sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau didapatkan nilai hematokrit yang terus meningkat ( >40vol% ). Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5 % dalam 1/3 larutan NaCl 0,9% dengan jumlah tetesan 16 x/ menit.
2.1.7   Prognosis
Kasus DBD di Kaltim, tahun 2007 mencapai 5.244 kasus meninggal dunia 102 orang. Tahun 2008 sebanyak 5.777 kasus meninggal 105 orang dan tahun 2009 sebanyak 5.244 kasus meninggal sebanyak 68 orang. Terbanyak penderitanya adalah di Samarinda, Balikpapan dan Kukar dengan angka kematian sebesar 1,9 persen. Berdasarkan dana Dinkes Samarinda tahun 2009 terdapat 1.138 kasus dengan angka kejadian 26/10.000 penduduk. Sedangkan di Indonesia, Dengan jumlah kematian sekitar 1.317 orang tahun 2010, Indonesia menduduki urutan tertinggi kasus demam berdarah dengue di ASEAN. Untuk itu, Indonesia bekerja sama dengan negara-negara anggota ASEAN dalam membasmi penyakit DBD. Berdasarkan data P2B2, jumlah kasus DBD di Indonesia tahun 2010 ada 150.000 kasus.
2.1.8   Pencegahan
Pencegahan penyakit DBD sangat tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu :
a.       Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk, pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat pengembangbiakan nyamuk hasil samping kegiatan manusia.
b.      Biologis
Pengendalian biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik ( ikan cupang )
c.                   Kimiawi
Pengendalian kimiawi antara lain :
1)      Pengasapan/fogging berguna untyk mengurangi kemungkinan penularan sampai batas waktu tertentu.
2)      Memberikan bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-lain.

1.2              Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.2.1        Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar bagi seorang perawat dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui kebutuhan klien tersebut. Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status kesehatan dan pola pertahanan klien serta memudahkan dalam perumusan diagnosa keperawatan. ( Doenges : 2000 ).
Tahap pengkajian adalah sebagai berikut :
a.       Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan informasi tentang kekuatan dan kelemahan klien dengan cara wawancara, observasi, dan pemeriksaan fisik melalui keluarga, orang terdekat, masyarakat, maupun rekam medic.
b.      Identitas klien dan keluarga, terdiri dari :
1)      Nama klien, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2)      Nama ayah, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
3)      Nama ibu, umur, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat.
4)      Tanggal anak masuk rumah sakit, diagnose medis, dan segala sumber informasi yang diperoleh.
c.       Keluhan utama, yaitu alas an yang paling menonjol pada pasien dengan DHF untuk datang ke rumah sakit
d.      Riwayat kesehatan
1)      Riwayat penyakit sekarang
Ditemukan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dengan kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit
2)      Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang DHF.
3)      Pemeriksaan fisik, terdiri dari :
Inspeksi, adalah pengamatan secara seksama terhadap status kesehatan klien ( inspeksi adanya lesi pada kulit ). Perkusi, adalah pemeriksaan fisik dengan jalan mengetukkan jari tengah ke jari tengah lainnya untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu organ tubuh. Palpasi, adalah jenis pemeriksaan fisik dengan meraba klien. Auskultasi, adalah dengan cara mendengarkan menggunakan stetoskop ( auskultasi dinding abdomen untuk mengetahu bising usus )
e.       Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindari
f.       Riwayat gizi
Status gii anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat factor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
g.      Pola kebiasaan
1)      Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
2)      Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3)      Eliminasi urine perlu dikaji apakah sering buang air kecil, sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria
4)      Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5)      Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk.
h.      Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah klien DHF akan dijumpai :
1)      Hb dan PCV meningkat ( ≥20%)
2)      Trambositopenia (≤100.000/ml)
3)      Leukopenia
4)      Ig.D. dengue positif
5)      Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6)      Urium dan Ph darah mungkin meningkat
7)      Asidosis metabolic : Pco2<35-40 mmHg
8)      SGOT/SGPT mungkin meningkat

1.2.2        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respons actual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawata mempunyai lisensi dan kompeten untuk mengatasinya. ( Perry Potter, 2005 )
Nursalam ( 2001 ) menyatakan diagnosa keperawatan yang dapat timbul pada klien dengan DHF adalah :
a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
b.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
d.      Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
e.       Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Menurut Nanda, diagnose keperawatan dinyatakan dengan benar adalah sebagai berikut :
a.       Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
Batasan Karakteristik
-          Konvulsi
-          Kulit kemerahan
-          Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
-          Kejang
-          Takikardi
-          Takipnea
-          Kulit terasa hangat
b.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Batasan Karakteristik
-          Perubahan status mental
-          Penurunan tekanan darah
-          Penurunan tekanan nadi
-          Penurunan volume nadi
-          Penurunan turgor kulit
-          Penurunan turgor lidah
-          Pengeluaran haluaran urine
-          Penurunan pengisian vena
-          Membrane mukosa kering
-          Kulit kering
-          Peningkatan hematokrit
-          Peningkatan suhu tubuh
-          Peningkatan frekuensi nadi
-          Peningkatan konsentrasi urine
-          Penurunan berat badan tiba-tiba
-          Haus
-          Kelemahan
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Batasan Karakteristik
-          Kram abdomen
-          Nyeri abdomen
-          Menghindari makanan
-          Berat badan turun 20 % atau lebih di bawah berat badan ideal
-          Kerapuhan kapiler
-          Diare
-          Kehilangan rambut berlebihan
-          Bising usus hiperaktif
-          Kurang makanan
-          Kurang informasi
-          Kurang minat pada makanan
-          Penurunan berat badan denagn asupan makanan adekuat
-          Kesalahan konsepsi
-          Kesalahan informasi
d.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Batasan Karakteristik
-          Perilaku hiperbola
-          Ketidakakuratan mengikuti perintah
-          Ketidakakuratan melakukan tes
-          Perilaku tidak tepat
-          Pengungkapan masalah

1.2.3        Perencanaan Keperawatan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. ( Perry Potter, 2005 )
a.       Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnose keperawatan dengan dasar keparahan atau kepentingan fisiologis. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah, atau rendah. (Perry Potter, 2005 )
b.      Merumuskan tujuan dan criteria hasil, pedoman penulisan criteria hasil berdasarkan “ SMART “
S    : Spesifik ( tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda )
M   : Measurable ( tujuan harus dapat diukur )
A   : Achievable ( tujuan harus dapat dicapai )
R   : Reasonable ( tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara   
        ilmiah )
T    : Time ( waktu keperawatan )

Nanda ( 2009 ) dan Doenges ( 2000 ), menyatakan bahwa rencana tindakan keperawatan yang dapat disusun untuk setiap diagnose adalah :
a.       Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
Tujuan             : Mempertahankan suhu tubuh normal dengan criteria hasil suhu tubuh 35,50-37,00c
Kriteria hasil    : Suhu tubuh antara 36 – 370 c, membrane mukosa basah, nyeri otot hilang
Rencana    :
1)      Ukur tanda-tanda vital ( suhu )
Rasional          : Suhu 38,90c-41,10c, menunjukkan proses penyakit infeksi akut
2)      Berikan kompres hangat
Rasional          : Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi
3)      Tingkatkan intake cairan
Rasional          : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi
b.      Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
Tujuan             :  Kebutuhan cairan terpenuhi dengan criteria hasil mata tidak cekung, membrane mukosa tetap lembab, turgor kulit baik
Kriteria hasil    : Turgor kulit baik, kulit tidak kering, membrane mukosa tetap lembab
Rencana          :
1)      Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
Rasional          : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia


2)      Observasi dan cata intake dan output
Rasional    :Menunjukkan status volume sirkulasi,terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi
3)      Timbang berat badan
Rasional   : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal
4)      Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam
Rasional    : Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit
c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Tujuan             : Kebutuhan nutrisi adekuat dengan criteria hasil berat badan stabil atau meningkat
Rencana          :
1)      Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi
Rasional          : Mengganti kehilangan vitamin karena malnutrisi/anemia
2)      Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap
Rasional          : Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan
3)      Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
Rasional          : Mengawasi penurunan berat badan
4)      Pertahankan kebersihan mulut klien
Rasional    : Mulut yang bersih meningkatkan selera makan dan pemasukan oral
5)      Jelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk penyembuhan penyakit
Rasional          : Meningkatkan motivasi klien untuk makan

d.      Perubahan perfusi jaringan kapiler berhubungan dengan perdarahan
Tujuan             : Perfusi jaringan perifer adekuat dengan criteria hasil tanda-tanda vital stabil, nadi 8-100x/menit, pernapasan 15-25 x/menit, suhu tubuh aksila 35,5-37,0 c, tekanan darah 95-1a20/50-70 mmHg
Rencana          :
1)      Kaji dan catat tanda-tanda vital
Rasional          : Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi
2)      Nilai kemungkinan terjadinya kematian jaringan pada ekstremitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan kaki
Rasional          : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi, dan immobilisasi

e.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan             : Klien mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan
Rencana         :
1)      Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar
Rasional          : Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan informasi
2)      Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep
Rasional                : Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada obat dan atau interkasi obat yang merugikan


3)      Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF
Rasional          : Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi kecemasan

1.2.4        Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi, yang merupakan komponen dari proses keperawatan, adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. (Perry & Potter, 2005 )
a)      Tindakan Keperawatan Mandiri
Tindakan yang dilakukan Tanpa Pesanan Dokter. Tindakan keperawatan mendiri dilakukan oleh perawat. Misalnya menciptakan lingkungan yang tenang, mengompres hangat saat klien demam.
b)      Tindakan Keperawatan Kolaboratif
Tindakan yang dilakukan oleh perawat apabila perawata bekerja dengan anggota perawatan kesehatan yang lain dalam membuat keputusan bersama yang bertahan untuk mengatasi masalah klien

1.2.5        Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kea rah pencapaian tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien. Penekanannya adalah pada hasil klien. Perawat mengevaluasi apakah perilaku klien mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnose keperawatan. ( Perry Potter, 2005 )
Pada saat akan melakukan pendokumentasian, menggunakan SOAP, yaitu :
S    : Data subyektif merupakan masalah yang diutarakan klien
O  : Data obyektif merupakan tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan diagnose keperawatan
A   : Analisis dan diagnose
P    : Perencanaan merupakan pengembangan rencana untuk yang akan datang dari intervensi

2.1.6    Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang. ( Perry Potter, 2005 )












BAB 3
TINJAUAN KASUS
Kasus
An. W berumur 3 tahun masuk rumah sakit pada tanggal 20 September 2012. Ibu klien mengatakan anaknya  mengalami demam secara mendadak naik turun disertai mual, muntah dan tidak adanya nafsu makan selama 3 hari. Ibu klien mengatakan bahwa sudah lama mengalami demam tetapi ia hanya menganggap  demam biasa.
3.1       Pengkajian
3.1.1    Identitas klien
An. W ( laki-laki ) berumur 3 tahun beragama islam dengan beralamatkan Jl. Siaga, Samarinda , masuk rumah sakit pada tanggal 20 september 2012. Klien mulai dikaji pada tanggal 21 September 2012 dan di diagnose medis DHF.
3.1.2    Identitas orang tua
Nama ibu dari An. W adalah Ny. A berusia 56 tahun. Pendidikan terkhir ibu klien adalah SLTP. Sehari-hari ibu klien bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ny. A sendiri beragama islam dan bertempat tinggal di Jl. Siaga, Samarinda.
3.1.3    Riwayat kesehatan klien
a.       Keluhan utama
“ Anak saya demam tanpa sebab sus “

b.      Riwayat penyakit sekarang
Sebelumnya klien belum pernah masuk rumah sakit rawat inap. Klien demam kira-kira selama 3 hari mulai tanggal 17 September 2012, paginya klien di kompres dan sudah tidak panas lagi pada siang hari. Namun ternyata sore hari badan klien demam kembali. Ibu klien langsung membawa ke rumah sakit karena khawatir dengan keadaan anknya.
c.       Riwayat penyakit lalu
1)      Prenatal Care
Pemeriksaan kehamilan rutin di bidan praktek, selama hamil tidak ada keluhan atau penyakit yang ibu alami. Ibu klien tidak pernah terpapar dengan radiasi. Berat badan selama kehamilan 62 kg.
2)      Natal
Ibu melahirkan di bidan praktek. Jenis persalinan normal. Tidak ada komplikasi selama/setelah persalinan

3)      Post natal
Kondisi bayi saat lahir tidak ada cacat. Klien lahir dengan BB : 18 Kg, PB : 101 Cm. Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti sekarang.

4)      Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga Ibu klien mempunyai penyakit sesak nafas. Klien dan adiknya mempunyai penyakit asma.



5)      Riwayat imunisasi
 Klien mendapatkan imunisasi polio pada umur 1 bulan dan reaksinya adalah demam. Imunisasi terakhir pada umur 3 bulan dengan mendapatkan imunisasi DPT.

6)      Riwayat tumbuh kembang
A.    Pertumbuhan Fisik
a.       BB saat sakit         : 16 kg
b.      BB sebelum sakit  : 18 kg
c.       PB                         : 101 cm
B.     Perkembangan tiap tahap
a.       Berguling              : 6 bulan
b.      Merangkak            : 9 bulan
c.       Duduk                   : 10 bulan
d.      Mengeluarkan suara          : 1 tahun
C.      Riwayat nutrisi
a.       Pemberian asi
                        Klien menyusui setelah lahir, klien mendapatkan asi langsung dari ibu. Lama pemberian asi ± 1 tahun
b.      Pemberian susu formula
Klien diberi susu formula sejak umur 5 bulan sampai sekarang
c.       Perubahan pola nutrisi tiap tahap usia – sekarang
Klien usia 0 – 5 bulan mendapatkan asi eksklusif. Umur 6 – 10 bulan mendapat asi dan bubur. Umur 11 – 16 bulan mendapatkan asi dan bubur TIM. Umur 3 tahun sampai sekarang mendapatkan nasi, telur, sayur dan lain – lain.


d.      Riwayat psikososial
  Klien tinggal bersama dengan kedua orang tuanya dan seorang adiknya. Klien tidur bersama dengan sang adik. Sehari – hari klien bermain dengan adiknya karena klien tidak mempunyai kegiatan khusus.
e.       Riwayat spiritual
Anggota keluarga klien rajin dalam beribadah
f.       Aktivitas sehari –hari
1)      Nutrisi
Sebelum sakit klien suka makan. Sehari klien makan 3 kali dengan lauk apapun. Tetapi saat sakit, klien hanya makan 1 – 2 kali yaitu sebanyak 3 – 4 sendok makan dari porsi makan yang disediakan. Ibu klien mengatakan “ anak saya tidak nafsu makan “.
2)      Cairan
Sebelum sakit klien minum susu setiap pagi jika ada dan minum air putih. Klien dalam sehari minum 5 – 7 gelas perhari. Pada saat sakit klien hanya minum air putih saja dengan takaran 2 gelas / ± 400 cc per hari dan diberi tambahan cairan infuse RL 28 tetes/menit.
3)      Eliminasi
A.    BAB
Sebelum sakit klien BAB 2 kali / hari dengan konsistensi lunak. Saat di rumah sakit klien ada BAB 1 kali / hari dengan konsistensi lunak. Klien pergi ke toilet tanpa bantuan dan tanpa pengawasan ibu klien.
B.     BAK
Sebelum sakit klien BAK 3 – 4 kali / hari dan saat sakit klien BAK ± 500 cc perhari, klien tidak ada masalah dengan BAK.


C.     Istirahat Tidur
Sebelum sakit klien jarang tidur siang. Klien tidur malam mulai jam 21.00 – 06.00 WITA. Klien tidak mengalami kesulitan tidur.
D.    Olahraga
Klien tidak mempunyai jadwal olahraga yang rutin. Klien biasanya hanya bermain sepak bola hamper setiap hari dengan teman –temannya.
E.     Personal Hygene
Klien mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, sikat gigi, dan pasta gigi. Saat sakit klien tidak dapat mandi sendiri dan hanya di seka oleh ibu klien dengan bantuan perawat sebanyak 1 kali sehari. Rambut klien terlihat bersih karena ibu klien rajin menyisir rambut klien.
F.      Aktivitas / mobilitas fisik
Kegiatan sehari – hari klien adalah bermain dengan saudara dan teman – teman klien di rumah. Saat sakit klien hanya berbaring di tempat tidur ditemani sang ibu.
G.    Rekreasi
Klien hanya berkunjung ketempat keluarga terdekat. Dalam keluarga klien tidak ada program khusus dalam rekreasi baik sebelum sakit maupun saat sakit.

g.      Pemeriksaan fisik
1)      Keadaan umum
KU            : sedang, kesadaran komposmentis
2)      Tanda – tanda vital
Nadi          : 126x/menit
Suhu          : 380 C
Pernafasan       : 28x/menit
3)      Antropometri
A.    BB             : 16 Kg
B.     TB             : 101 cm
C.     Lingkar kepala      : 39 cm
D.    Lingkar lengan atas           : 16 cm
E.     Lingkar dada                     : 51 cm
F.      Lingkar perut                    : 52 cm
4)      Sistem pernapasan
Hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada tumor teraba, gerakan dada saat bernafas simetris.
5)      Kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada sianosis, bibir kering
6)      Sistem pencernaan
Kemampuan menelan klien baik, tidak ada kembung, mukosa bibir kering.
7)      Sistem indra
Mata          : konjungtiva tidak anemis
Hidung      : Tidak ada secret
Telinga      : Daun telinga keadaannya semistris, fungsi pendengaran baik.
8)      Sistem syaraf
A.    Tingkat kesadaran komposmentis
B.     Gerakan tubuh lemah
C.     Fungsi sensorik klien baik pada sentuhan benda tajam dan benda dingin dengan menolaknya
9)      Sistem integemen
Rambut     : warna hitam, terlihat bersih
Kulit          : akral hangat, tidak terdapat gatal – gatal
Kuku         : warna merah muda, tidak mudah patah dan bersih
h.      Terapi
Amoxsan : 3 x 500 mg
Sanmol : 3 x ½ sendok
Vometa ; 3 x ½ sendok
IVFD RL : 28 Tetes / menit

3.1.4        Klasifikasi Data
Tabel 3.1
Data Subyektif
Data Obyektif
“ badan anak saya panas “
1.      Suhu tubuh 380 c
2.      Keadaan umum sedang
3.      Akral terasa hangat

“ anak saya kurang sekali minumnya”
1.      Klien minum sehari hanya 2 gelas
2.      Klien terlihat lemas
3.      Mukosa bibir kering

 “ anak saya tidak nafsu makn “
1.      Berat badan sebelum sakit 18 kg setelah sakit 16 kg
2.      Konsistensi makan 4 -  sendok
3.      Klien mual dan kadang muntah
4.      Klien terlihat lemah

“ saya tidak tahu anak saya sakit apa “
1.      Ibu klien banyak bertanya
2.      Ibu klien terlihat binggung saat dilakukan tindakan

3.1.5        Analisis Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1























DS : “ Badan anak saya hangat, kulitnya merah-merah, dan kadang kejang- kejang”
DO : 1). Konvulsi
2). Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
3). Takikardia
4). Takipnea






Bakteri
                                  

Masuk kedalam saluran
Pencernaan
 


Mengeluarkan endotoin
                                  

Interleukin I
 


Prostaklandin
 


Endotoxin
 


Menggigil
 


Demam

Peningkatan suhu tubuh


















2


































3.
DS : “ anak saya sering kehausan, badannya lemah sekali, dia gelisah“
DO : 1). Kulit kering
2). Membran  mukosa kering
3). Peningkatan frekuensi nadi
4). Penurunan turgor kulit
























DS : “ anak saya tidak mau makan karena tidak ada nafsu, perutnya sakit,BAB terus, ada sariawan   
DO :  1) Berat badan 20 % dibawah berat badan ideal
2). Stretorea
3). Bising usus hiperaktif
4). Tonus otot menurun
Tubuh yang telah digigit nyamuk

Virus masuk ke dalam aliran darah

Infeksi virus dengue

Terbentuknya kompleks antibody

Aktivasi system komplemen C3a  dan C5a

Menyerang sel trombosit

Pelepasan histamine san serotonin

Permeabilitas kapiler meningkat

Kebocoran plasma

Ekstravasi cairan vaskuler
 

Rejatan hipovolemik

Defisit volume cairan

Kurang nafsu makan

Intake nutrisi kurang

Akumulasi gas

Perut kembung

Mual muntah

Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Defisit volume cairan
































Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
















4
DS : “ Bagaimana keadaan anak saya sus, sakitnya parah atau tidak, saya takut sekali jika anak saya kenapa-kenapa“


DO : 1). Ketikakuratan mengikuti perintah
2). Ketidakakuratan performa uji

Masuk rumah sakit

Kurang terpaparnya
Informasi

Infosmasi kurang
 



Kurang pengetahuan
Kurang pengetahuan

3.1.6        Diagnosa keperawatan
1.      Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan laju metabolism
DS : “ Badan anak saya hangat, kulitnya merah-merah, dan kadang kejang- kejang”
DO : 1). Konvulsi
2). Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal
3). Takikardia
4). Takipnea

2.      Defisit volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan aktif
DS : “ anak saya sering kehausan, badannya lemah sekali, dia gelisah“
DO : 1). Kulit kering
2). Membran  mukosa kering
3). Peningkatan frekuensi nadi
4). Penurunan turgor kulit

3.      Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan butuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan
DS : “ anak saya tidak mau makan karena tidak ada nafsu, perutnya sakit,BAB terus, ada sariawan  
DO :  1) Berat badan 20 % dibawah berat badan ideal
2). Stretorea
3). Bising usus hiperaktif
4). Tonus otot menurun

4.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi
DS : “ Bagaimana keadaan anak saya sus, sakitnya parah atau tidak, saya takut sekali jika anak saya kenapa-kenapa“
DO : 1). Ketikakuratan mengikuti perintah
2). Ketidakakuratan performa uji





3.1.7        Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi Keperawatan
Rasional
Peningkatan suhu tubuh berhubungan
 dengan peningkatan laju metabolism










Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif









Kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan








































Defisiensi pengetahuan berhuibungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi





Klien akan dapat melaporkan suhu tubuh normal dalam waktu 1 x 24 jam dengan criteria hasil :
1.      Badan hangat
2.      Kulit normal
3.        Tidak terjadi kejang









Klien akan dapat melaporkan kebutuhan cairan terpenuhi dalam waktu 2 x 24 jam dengan criteria hasil :
1.      Volume cairan adekuat
2.      Kekuatan tubuh kembali normal
3.      Klien tenang







Klien akan dapat melaporkan nutrisi terpenuhi dalam waktu 2

x 24 jam dengan criteria hasil :
1.      Nutrisi adekuat BAB normal
2.      Tidak ada sariawan









































Klien akan dapat melaporkan  mengerti dan memahami proses penyakit dan pengobatan dalam waktu 1 x 45 menit dengan criteria hasil :
1.      Ibu klien tenang, tidak cemas
2.      Informasi adekuat
Ukur tanda-tanda vital ( suhu  )




Berikan kompres hangat



Tingkatkan intake cairan

Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam



Observasi dan cata intake dan output




Timbang berat badan

Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi


Ciptakan lingkungan yang nyaman

Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi

Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap

Anjurkan kebersihan oral

Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama

Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar


Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep



Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF
Suhu 38,90c-41,10c,
menunjukkan proses
penyakit infeksi akut



Kompres hangat akan terjadi perpindahan panas konduksi
Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi

Penurunan sirkulasi darah dapat terjadi dari peningkatan kehilangan cairan mengakibatkan hipotensi dan takikardia

Menunjukkan status volume sirkulasi, terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap terapi

Mengukur keadekuatan

penggantian cairan sesuai fungsi ginjal
Mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit

Memberikan informasi tentang kebutuhan diet/keefektifan terapi

Lingkungan yang nyaman menurunkan stress dan lebih kondusif untuk makan

Memberikan masukan nutrisi yang adekuat yang diperlukan tubuh







Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan







Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
Mengawasi penurunan berat badan





Adanya keinginan untuk belajar memudahkan penerimaan informasi

Dapat meningkatkan kerjasama dengan terapi obat dan mencegah penghentian pada obat dan atau interkasi obat yang merugikan


Dapat meningkatkan pengetahuan pasien dan dapat mengurangi kecemasan


3.1.8        Implementasi Keperawatan
Hari/Tanggal
DX
Implementasi Keperawatan
Hasil
Selasa, 21 september 2012
08.00
09.00

10.00


Selasa, 21 september 2012
11.00
12.50

08.30

12.05


12.10





13.00




14.00





Selasa, 21 september 2012
08.30
11.30

12.00


12.30

12.45





Selasa, 21 september 2012
09.45
09.55




10.05





Rabu, 22 september 2012
08.00
09.00


10.00


Rabu, 22 september 2012
11.00
12.50



12.05


Rabu, 22 september 2012
08.30
12.00


12.45


Kamis, 23 September 2012
08.00
09.00

10.00



Kamis, 23 September 2012
11.00
12.50



12.05


Kamis, 23 September 2012
08.30
12.00


12.45
I







II


























III















IV













I








II









III








I








II









III
1.            Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )

2.            Memberikan kompres hangat
3.            Meningkatkan intake cairan


1.            Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2.            Mengobservasi dan catat intake dan output
3.            Menimbang berat badan

4.            Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

5.            Memberikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi



6.            Menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap
7.            Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama


1.            Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2.            Menganjurkan istirahat sebelum makan
3.           Mmberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
4.            Menciptakan lingkungan yang nyaman
5.            Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi




1.            Menententukan kemampuan dan kemauan untuk belajar

2.            Menjelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep

3.            Memberi pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF



1.            Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )

2.            Memberikan kompres hangat

3.            Meningkatkan intake cairan



1.            Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2.            Mengobservasi dan cata intake dan output


3.            Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

1.            Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2.            Mmberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
3.            Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

1.            Mengukur tanda-tanda vital



2.            Memberikan kompres hangat

3.Meningkatkan intake cairan




1.            Mengobservasi tanda-tanda vital setiap tiga jam atau sesuai indikasi
2.            Mengobservasi dan catat intake output


4.            Intake dan output adekuat, klien minum -6 gelas / hari

1.            Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2.            Memberikan kebersihan mutut terutama sebelum makan
3.            Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi
5.            Suhu tubuh 37,5


6.           Badan klien
Panas
7.            Cairan tubuh yang hilang tidak adekuat
1.              Suhu tubuh 37,5 c

2.              Intake dan output tidak adekuat
3.              Berat badan klien 16 kg
4.            Cairan tubuh klien tidak adekuat
5.            Nafsu makan klien belum ada
Klien makan 1/4 dari porsi yang disediakan

6.              Ibu klien menerapkan saran perawat


7.            Tidak terjadi peningkatan berat badan
Berat badan klien 16 kg

1.           Berat badan klien 16 kg

2.            Klien terlihat
Tenang
3.           Klien makan 3-4 sendok

4.              Klien terlihat tenang
5.              Klien diberi vometa ½ sendok makan dan klien masih mual setelah minum obat
1.               Ibu klien mau untuk belajar

2.              Keluarga klien  mengerti tentang rasional pengobatan

3.              Ibu klien dapat menjelaskan dan mengulang mengenai penyakit DHF

1.                 Suhu tubuh klien 37,0 c

2.              Badan klien masih hangat

3.              Intake cairan tidak adekuat

1.              Suhu tubuh klien 37 c
Nadi 116 x/menit
2.            Intake dan output tidak adekuat, minum 3-4 gelas perhari
3.              IV RL 28 tetes / menit

1.              Berat badan klien 17 kg

2.              Nafsu makan klien   belum ada

3.              Klien mual


1.         Suhu tubuh 36,5 c


2.         Badan sudah tidak panas lagi
3.         Intake cairan terpenuhi


4.         Suhu tubuh normal 36,5 c

5.         Intake dan output adekuat, klien minum -6 gelas / hari
6.         IV RL 20 tetes/menit

1.         Berat badan 18 kg


2.         Nafsu makan kembali normal

3.         Klien tidak mual atau muntah saat diberikan vometa 1/2


3.1.9        Evaluasi keperawatan
HARI 1 Selasa, 21 September 2012
DX I
S : “ badan anak masih panas“
O : suhu tubuh klien 37,5 c
A : Suhu tubuh tidak normal
P  : Lanjutkan intervensi
1)                  Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
2)                  Memberikan kompres hangat
3)                  Meningkatkan intake cairan

Selasa, 21 September 2012
DX 2
S : “ anak saya hanya minum sedikit “
O : - Mukosa bibir kering, minum sehari 1-2 gelas
A : Volume cairan tidak adekuat
P  : Lanjutkan intervensi
1)                  Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2)                  Mengobservasi dan cata intake dan output
3)                  Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Selasa, 21 Sepetember 2012
DX 3
S : “ anak saya belum mau makan “
O : BB 16,0 kg
A : Kebutuhan nutrisi tidak adekuat
P  : Lanjutkan intervensi
1)                  Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2)                  Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
3)                  Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

Selasa, 21 september 2012
DX 4
S : “ saya sudah mengetahui tentang penyakit anak saya “
O : Ibu klien melakukan tindakan mandiri dan tidak terlihat bingung
A : Pengetahuan adekuat
P : Pertahankan intervensi

HARI 2 Rabu, 22 September 2012
DX 1
S : “ badan anak saya masih panas “
O : Suhu tubuh 37 c
A : Suhu tubuh tidak normal
P : Lanjutkan intervensi
1)      Mengukur tanda-tanda vital ( suhu )
2)      Memberikan kompres hangat
3)      Meningkatkan intake cairan

Rabu, 22 September 2012
DX 2
S : “ anak saya sedikit minum sus “
O : minum 3-4 gelas /hari, turgor kulit jelek
A : volume cairan tidak adekuat
P : Lanjutkan intervensi
1)                     Mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam
2)                     Mengobservasi dan cata intake dan output
3)                  Menonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam

Rabu, 22 September 2012
DX 3
S : “ anak saya makan sedikit saja “
O : berat badan 17 kg, makan setengah dari porsi yang disediakan
A : Nutrisi tidak adekuat
P  :Lanjutkan intervensi
1)         Menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi
2)         Memberikan kebersihan mulut terutama sebelum makan
3)         Mengkolaborasi dengan tim ahli gizi

HARI 3 Kamis, 23 September 2012
DX 1
S : “ anak saya sudah tidak panas lagi badannya “
O : suhu tubuh 36,5 c
A : Suhu tubuh kembali normal
P : Pertahankan intervensi

DX 2
S : “ anak saya sudah mau dan sering minum sus “
O : Klien minum 5-6 gelas / hari
      Klien tidak ada muntal
A : Volume cairan adekuat
P : pertahankan intervensi



DX 3
S : “ anak saya sudah mau makan sus “
O : Klien menghabiskan porsi makan yang disediakan
      Klien tidak ada muntah
     Berat badan klien 18 kg
A : Nutrisi terpenuhi/ adekuat
P : Pertahankan intervensi

















BAB 4
PENUTUP

4.1              Kesimpulan
a.       Pada pengkajian yang penulis lakukan didapatkan data yang menunjukkan gejala DHF, adanya demam tinggi, badan lemas, mukosa bibir kering disertai sedikit minum dan tidak nafsu makan. Terjadi penurunan berat badan hingga 2 kg. Klien di diagnose medis DHF akibat terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.
b.      Pada diagnose keperawatan yang penyusun dapatkan pada An. W ada 4 diagnosa yaitu : Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi.
c.       Intervensi keperawatan yang telah disusun semua berdasarkan standar asuhan keperawatan. Pada diagnose hipertermi intervensi yang dibuat adalah Ukur tanda-tanda vital ( suhu  ), Berikan kompres hangat, Tingkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan intervensi yang dibuat adalah Observasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan Observasi dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh intervensi yang dibuat adalah Timbang berat badan, Monitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam, Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, Ciptakan lingkungan yang nyaman, Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi, Anjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap, Anjurkan kebersihan oral, Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama
Diagnosa defisiensi pengetahuan intervensi yang dibuat adalah Tentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar, Jelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep, Beri pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.
d.      Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah diagnose hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah mengukur tanda-tanda vital ( suhu  ), memberikan kompres hangat, meningkatkan intake cairan. Diagnosa deficit volume cairan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah mengobservasi tanda-tanda vital paling sedikit setiap tiga jam, dan mengobservasi dan cata intake dan output. Diagnosa perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah menimbang berat badan, memonitor pemberian cairan melalui intravena setiap jam, menimbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi, menciptakan lingkungan yang nyaman, memberikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi, menganjurkan kepada orang tua untuk memberikan makanan dengan teknik porsi kecil tapi sering secara bertahap, menganjurkan kebersihan oral, menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala yang sama. Diagnosa defisiensi pengetahuan tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya adalah menentukan kemampuan dan kemauan untuk belajar, menjelaskan rasional pengobatan, dosis, efek samping dan pentingnya minum obat sesuai resep, dan tidak lupa memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit DHF.
e.       Pada tahap akhir, yaitu evaluasi disimpulkan bahwa 4 diagnosa yang ada telah diatasi semua selama tiga hari perawatan pada An. W yaitu diagnose
Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolism, ditandai dengan  suhu tubuh kembali normal 36,5 C. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan tidak muntah lagi dan minum 5-6 gelas/hari. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan ditandai dengan berat badan kembali normal 18 kg,tidak ada muntah, dan menghabiskan porsi makan yang disediakan. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiar dengan sumber informasi ditandai dengan dapat melakukan tindakan mandiri, mengerti tentang penyakit anaknya.

4.2              Saran
a.       Hendaknya institusi meyediakan referensi yang terbaru untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa/I sehingga dapat memecahkan adanya masalah yang ada di tempat praktek keperawatan.
b.      Hendaknya masyarakat dapat menyebutkan tanda-tanda DHF sehingga komplikasi DHF dapat diidentifikasi sedini mungkin.
c.       Hendaknya profesi keperawatan dapat menjamin kompetensi profesi perawat melalui uji kompetensi yang dilakukan pada setiap perawat sehingga perawat terampil dalam memberikan asuhan keperawatan.




DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta
Agustiani, Nurlinda. 2008. Karya Tulis Ilmiah DHF. Samarinda
M. Nurs, Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan pada bayi dan anak. Salemba Medika. Jakarta
Suriadi, Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2. Sagung Seto. Jakarta